Selasa, 18 Mei 2010

robohnya surau kami

Robohnya Surau KamiKalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku denganmenumpang bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Maka kira-kira sekilometer daripasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada simpang kecil ke kanan,simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan di ujung jalan nantiakan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan, yang airnyamengalir melalui empat buah pancuran mandi.Dan di pelataran kiri surau itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk disana dengansegala tingkah ketuaannya dan ketaatannya beribadat. Sudah bertahuntahunia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Kakek.Sebagai penajag surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yangdipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasilpemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkanfitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih di kenalsebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orangorangsuka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa.Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting,memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong,memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling seringditerimanya ialah ucapan terima kasihdan sedikit senyum.Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallahsurau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempatbermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisankayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankansuatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepatberlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuanmencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusiasekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi.Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapatdisangkal kebenarannya. Beginilah kisahnya.Sekali hari aku datang pula mengupah Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku,karena aku suka memberinya uang. Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudutbenar ia duduk dengan lututnya menegak menopang tangan dan dagunya.Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamukpikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulitsol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah akumelihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saatitu. Kemudian aku duduk disampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanyaKakek, "Pisau siapa, Kek?""Ajo Sidi.""Ajo Sidi?"Kakek tak menyahut. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku takketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. AjoSidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari.Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagaipembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yangdiceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameoakhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watakpelaku-pelaku ceritanya. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak,dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan menjadi pemimpin berkelakuanseperti katak itu, maka untuk selanjutnya pimpinan tersebut kami sebut pimpinankatak.Tiba-tiba aku ingat lagi pada Kakek dan kedatang Ajo Sidi kepadanya. Apakah AjoSidi telah membuat bualan tentang Kakek? Dan bualan itukah yang mendurjakanKakek? Aku ingin tahu. Lalu aku tanya Kakek lagi. "Apa ceritanya, Kek?""Siapa?""Ajo Sidi.""Kurang ajar dia," Kakek menjawab."Kenapa?""Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggorohtenggorokannya.""Kakek marah?""Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam.Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya,ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat,bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepada-Nya.Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal."Ingin tahuku dengan cerita Ajo Sidi yang memurungkan Kakek jadi memuncak. Akutanya lagi Kakek, "Bagaimana katanya, Kek?"Tapi Kakek diam saja. Berat hatinya bercerita barangkali. Karena aku telah berulangulangbertanya, lalu ia yang bertanya padaku, "Kau kenal padaku, bukan? Sedari kaukecil aku sudah disini. Sedari mudaku, bukan? Kau tahu apa yang kulakukan semua,bukan? Terkutukkah perbuatanku? Dikutuki Tuhankah semua pekerjaanku?"Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu, kalau Kakek sudah membukamulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaannya sendiri."Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya isteri, punya anak, punyakeluarga seperti orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin carikaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada AllahSubhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor engganaku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka.Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalauselama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena akuyakin Tuhan itu ada dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakal.Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia daritidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-pujiDia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila aku menerima karunia-Nya.Astagfirullah kataku bila aku terkejut. Masya Allah kataku bila aku kagum.Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."Ketika Kakek terdiam agak lama, aku menyelakan tanyaku, "Ia katakan Kakekbegitu, Kek?""Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya."Dan aku melihat mata Kakek berlinang. Aku jadi belas kepadanya. Dalam hatiku akumengumpati Ajo Sidi yang begitu memukuli hati Kakek. Dan ingin tahukumenjadikan aku nyinyir bertanya. Dan akhirnya Kakek bercerita lagi."Pada suatu waktu, ‘kata Ajo Sidi memulai, ‘di akhirat Tuhan Allah memeriksa orangorangyang sudah berpulang. Para malaikat bertugas di samping-Nya. Di tanganmereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia. Begitu banyak orang yangdiperiksa. Maklumlah dimana-mana ada perang. Dan di antara orang-orang yangdiperiksa itu ada seirang yang di dunia di namai Haji Saleh. Haji Saleh itutersenyum-senyum saja, karena ia sudah begitu yakin akan di masukkan ke dalamsurga. Kedua tangannya ditopangkan di pinggang sambil membusungkan dada danmenekurkan kepala ke kuduk. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka,bibirnya menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masukke surga, ia melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemunanti’. Bagai tak habis-habisnya orang yang berantri begitu panjangnya. Susut dimuka, bertambah yang di belakang. Dan Tuhan memeriksa dengan segala sifat-Nya.Akhirnya sampailah giliran Haji Saleh. Sambil tersenyum bangga ia menyembahTuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.‘Engkau?’‘Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekah, Haji Saleh namaku.’‘Aku tidak tanya nama. Nama bagiku, tak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.’‘Ya, Tuhanku.’‘apa kerjamu di dunia?’‘Aku menyembah Engkau selalu, Tuhanku.’‘Lain?’‘Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu.’‘Lain.’‘Ya, Tuhanku, tak ada pekerjaanku selain daripada beribadat menyembah-Mu,menyebut-nyebut nama-Mu. Bahkan dalam kasih-Mu, ketika aku sakit, nama-Mumenjadi buah bibirku juga. Dan aku selalu berdoa, mendoakan kemurahan hati-Muuntuk menginsafkan umat-Mu.’‘Lain?’Haji Saleh tak dapat menjawab lagi. Ia telah menceritakan segala yang ia kerjakan.Tapi ia insaf, pertanyaan Tuhan bukan asal bertanya saja, tentu ada lagi yang belumdi katakannya. Tapi menurut pendapatnya, ia telah menceritakan segalanya. Ia taktahu lagi apa yang harus dikatakannya. Ia termenung dan menekurkan kepalanya.Api neraka tiba-tiba menghawakan kehangatannya ke tubuh Haji Saleh. Dan iamenangis. Tapi setiap air matanya mengalir, diisap kering oleh hawa panas nerakaitu.‘Lain lagi?’ tanya Tuhan.‘Sudah hamba-Mu ceritakan semuanya, o, Tuhan yang Mahabesar, lagi Pengasih danPenyayang, Adil dan Mahatahu.’ Haji Saleh yang sudah kuyu mencobakan siasatmerendahkan diri dan memuji Tuhan dengan pengharapan semoga Tuhan bisaberbuat lembut terhadapnya dan tidak salah tanya kepadanya.Tapi Tuhan bertanya lagi: ‘Tak ada lagi?’‘O, o, ooo, anu Tuhanku. Aku selalu membaca Kitab-Mu.’‘Lain?’‘Sudah kuceritakan semuanya, o, Tuhanku. Tapi kalau ada yang lupa aku katakan,aku pun bersyukur karena Engkaulah Mahatahu.’‘Sungguh tidak ada lagi yang kaukerjakan di dunia selain yang kauceritakan tadi?’‘Ya, itulah semuanya, Tuhanku.’‘Masuk kamu.’Dan malaikat dengan sigapnya menjewer Haji Saleh ke neraka. Haji Saleh tidakmengerti kenapa ia di bawa ke neraka. Ia tak mengerti apa yang di kehendaki Tuhandaripadanya dan ia percaya Tuhan tidak silap.Alangkah tercengang Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya didunia terpanggang hangus, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti dengankeadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka itu tak kurangibadatnya dari dia sendiri. Bahkan ada salah seorang yang telah sampai empat belaskali ke Mekah dan bergelar syekh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, danbertanya kenapa mereka dinerakakan semuanya. Tapi sebagaimana Haji Saleh,orang-orang itu pun, tak mengerti juga.‘Bagaimana Tuhan kita ini?’ kata Haji Saleh kemudian, ‘Bukankah kita di suruh-Nyataat beribadat, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidupkita. Tapi kini kita dimasukkan-Nya ke neraka.’‘Ya, kami juga heran. Tengoklah itu orang-orang senegeri dengan kita semua, dantak kurang ketaatannya beribadat,’ kata salah seorang diantaranya.‘Ini sungguh tidak adil.’‘Memang tidak adil,’ kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh.‘Kalau begitu, kita harus minta kesaksian atas kesalahan kita.’‘Kita harus mengingatkan Tuhan, kalau-kalau Ia silap memasukkan kita ke nerakaini.’‘Benar. Benar. Benar.’ Sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh.‘Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?’ suatu suaramelengking di dalam kelompok orang banyak itu.‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh.‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadipemimpin gerakan revolusioner.‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh. ‘Yang penting sekarang, mari kitaberdemonstrasi menghadap Tuhan.’‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita perolah,’sebuah suara menyela.‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai.Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan.Dan Tuhan bertanya, ‘Kalian mau apa?’Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengansuara yang menggeletar dan berirama rendah, ia memulai pidatonya: ‘O, Tuhankami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang palingtaat beribadat, yang paling taat menyembahmu. Kamilah orang-orang yang selalumenyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu,mempropagandakan keadilan-Mu,dan lain-lainnya. Kitab-Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikitpun kamimembacanya. Akan tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa setelah kami Engkau panggilkemari, Engkau memasukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal-hal yang takdiingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntutagar hukuman yang Kaujatuhkan kepada kami ke surga sebagaimana yang Engkaujanjikan dalam Kitab-Mu.’‘Kalian di dunia tinggal di mana?’ tanya Tuhan.‘Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.’‘O, di negeri yang tanahnya subur itu?’‘Ya, benarlah itu, Tuhanku.’‘Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan berbagai bahantambang lainnya, bukan?’‘Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami.’ Mereka mulai menjawabserentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Danyakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepadamereka itu.‘Di negeri mana tanahnya begitu subur, sehingga tanaman tumbuh tanpa di tanam?’‘Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.’‘Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat?’‘Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.’‘Negeri yang lama diperbudak negeri lain?’‘Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah itu, Tuhanku.’‘Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkut ke negerinya, bukan?’‘Benar, Tuhanku. Hingga kami tak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat merekaitu.’‘Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedanghasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?’‘Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu kami tak mau tahu. Yangpenting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.’‘Engkau rela tetap melarat, bukan?’‘Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.’‘Karena keralaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?’‘Sungguhpun anak cucu kami itu melarat, tapi mereka semua pintar mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala.’‘Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak di masukkan ke hatinya, bukan?’‘Ada, Tuhanku.’‘Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniayasemua. Sedang harta bendamu kaubiarkan orang lain mengambilnya untuk anakcucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu,saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih sukaberibadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membantingtulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal kalau engkau miskin.Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk di sembah saja. Tidak. Kamu semua mestimasuk neraka. hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan dikeraknya!"Semua menjadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah merekasekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia. Tapi Haji Saleh ingin juga kepastianapakah yang akan di kerjakannya di dunia itu salah atau benar. Tapi ia tak beranibertanya kepada Tuhan. Ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring merekaitu.‘Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami, menyembah Tuhan di dunia?’ tanyaHaji Saleh.‘Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kautakut masuk neraka, karena itu kau taat sembahyang. Tapi engkau melupakankehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak isterimu sendiri, sehinggamereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlaluegoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau takmempedulikan mereka sedikit pun.’Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkanKakek.Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku takpergi menjenguk."Siapa yang meninggal?" tanyaku kagut."Kakek.""Kakek?""Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikansekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.""Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara," kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istrikuyang tercengang-cengang.Aku cari Ajo Sidi ke rumahnya. Tapi aku berjumpa dengan istrinya saja. Lalu akutanya dia."Ia sudah pergi," jawab istri Ajo Sidi."Tidak ia tahu Kakek meninggal?""Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kain kafan buat Kakek tujuhlapis.""Dan sekarang," tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa olehperbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung jawab, "dan sekarangkemana dia?""Kerja.""Kerja?" tanyaku mengulangi hampa."Ya, dia pergi kerja."

aneh

BRAKK! Buku – buku berserakan diatas lantai kamar yang terlihat mewah. Seorang pria dengan langkah gontai menghampiri buku-buku itu . Air wajahnya tenang , sayu , tapi siapa yang tahu kalau ternyata ia sedang kesal . Berbagai macam jenis masalah silih berganti menghujam kehidupannya . Entah apa yang telah ia perbuat seminggu yang lalu , atau sebulan , atau bahkan beberapa tahun yang lalu sehingga hari ini ia harus mengalami nasib sial . Dipikirnya berkali – kali . Mungkinkah ia telah melakukan dosa yang amat keji sampai – sampai Tuhan menaruh kesialan padanya . Atau . . . . . . jangan – jangan buyutnya terdahulu pernah menyembah setan dan membuat perjanjian dengannya ? . Ah, tak mungkin . Tak mungkin , dan tak mungkin . Selalu begitu setiap Ia berfikir tentang kesalahannya di masa lampau . Yang lalu biar lalu dan takkan ada pada hari ini . Itulah simbolis kata yang menjadikan ia pribadi yang tenang biarpun masalah sebesar meteor menghantam telak sendi – sendi tubuhnya . Ia pun beranjak dengan satu masalah baru , buku PR temannya yang ia pinjam hancur berantakkan tak berbaju . Masih . Tetap saja ia beralasan kalau buku itu digigit hantu berkepala reog dengan caling runcing di setiap senti giginya . Wajahnya yang sayu , tak pernah memasang mimik kebohongan . “Pasti kau bohong ! “ . Ujar temannya tak percaya . Kali ini serius . Tapi ia kukuh pada jawaban pertama : hantu karangannya itu . Sejurus kemudian , temannya tak ambil pusing . Perlahan ia meletakkan dua buah jarinya diantara dua pasang bibir tebalnya , lalu meniupnya . Suara itu seakan auman Tarzan yang memanggil seisi makhluk hutan . Banyak , banyak , dan semakin banyak membentuk satu lingkaran . Menutup celah oksigen bagi pria tenang itu . Tapi , apa daya . Toh wajahnya memang sayu . Jadi terang saja ia tenang menghadapi beribu orang sekalipun . “Pertanyaan terakhir “. Ucap temannya dengan tatapan ganas . “Siapa yang rusak buku ini ? kamu atau setan ?!!!”. Ia masih diam . Dengan satu tatapan . Tatapannya memang tak seganas milik temannya , tapi tenang dan mencekam . Si pria aneh itu spontan berdiri malas merapikan celananya seperti tak terjadi sesuatu . Tangannya meraba kepala ikat pinggang yang berbentuk tengkorak itu . Mengambil sesuatu yang amat silau bila terpantul cahaya mentari . Tapi juga amat celaka bila matanya telah terhunus . Tanpa ancang – ancang , dan tak butuh satu kata . Ia menusuk mata ganas temannya dengan mata pisaunya. Serempak , orang – orang yang berada disekelilingnya terbelalak . Dosa terbesar kini telah ia lakukan , sama seperti leluhurnya dulu . Dan dosanya akan membawa petaka pada salah satu keturunanya , yaitu petaka sial . Lalu . . . . lalu aku merapikan seragam putihku , dan berdiri menggondol selembar kertas jawaban . Kemudian beranjak dari tempat memuakkan yang mereka sebut ruang ujian ini . Pengap , suntuk , bosan , penat , dan berbagai rangkaian kata dapat kutuliskan di selembar kertas ini . Tapi aku malas , karna yang kupikirkan kali ini bukan soal kata – kata atau soal nilai ujian . Melainkan untuk pertandingan bola nanti .Tentunya bersama tim ini , Der Panser .

hari minggu yang melelahkan

Hari minggu yang membosankan, pagi-pagi udah ditelp temanku minta jemput. Padahal udah dibilangin tadi malam klo bensin kuk habis. Eh di telp malah nyolot buat nyari bensin, yang bener adja bu jam 5 pagi mana ada tukang bensin yang buka. Aduch cpek dweah,,,Hari minggu yang membosankan sebenarnya, mana cucian numpuk. Sebenarnya sich udah direndam kemaren, pi masih malas buat nyucinya. Ya udah direndam satu hari sampai ngembang dulu baru dicuci, kan enak tuch nodanya udah pada minggat semua jadi tinggal di kucek sedikit trus dibilas biar sabun and nodanya ngilang. Tenang adja kan pakai ***** Anti Noda and Anti Apek jadi dijamin cucian bisa bersih tanpa apek and nggak perlu susah-susah nyucinya cos nodanya udah pada mabur entah kemana hehehe.Cucian beres istirahat sejenak sambil nonton film kartun, perut rada raper pi malas makan (Sebenarnya bukan malas makan dasar emank nggak ada duit hiks hiks aduch sedih hatiku). Eh jogja malah hujan wah payah banget alamat nggak kering cucianku hari ini, mana bajuku udah pada kotor semua. (Adakah yang mau aku titip jemuran atau pinjemin aku baju)Dari pada iseng nggak ada kerjaan, saatnya kembali kealam mimpi. ,,,,, (tanda ada sms masuk) Malas banget mau buka hp felling ku pasti buruk. "Boy, lu ada acara nggak? Futsal yu, ntar aku yang bayarin uang lhu. Cos gw yakin lu nggak ada duit" Sms agus (masih ingat nggak? itu tuch yang waktu itu ngasih tahu gw salah ruangan waktu quis)."Hahaha tahu adja lu boy, mank jam brp? Pi jemput di kos ya. Bensin gw limit and sekalian gw pinjem uang mu dulu" Balas gw secepat kilat, maklum dah lama nggak futsal.,,,,,"Wah payah lu, udah ditraktir futsal malah minjem + minta jemput lagi. Gazwat banget ni anak""Uda klo nolong nggak usah setengah-setengah nggak baik untuk kesehatan. Ok bos, gw mau mandi dulu. Ntar klo mau kekos sms adja",,,,, "Terserah kamu lah, ya dah ntar aku sms klo otw kekos mu"====================================================================================================================Singkat cerita tiba dilapangan futsal, seperti biasa posisi ku adalah GK alias Gunung Kelud nggak becanda Goal Keeper, walau sebelumnya aku berposisi back kanan, gara-gara nggak ada kiper cadangan waktu SMA ya udah dweah aku yang ditempatkan sebagai kiper dan sampai sekarang seperti itu. Enjoy the game, nggak ap-ap lah yang penting senang.Wah gila lumayan capek, walau cuma jadi kiper aku sering iseng maju kedepan pas ada korner, lumayan bisa cetak satu gol nggak usah banyak-banyak yang penting bikin gol itu misi ku hahaha. Tapi, terjadi sesuatu yang tidak enak untuk dipandang mata (Wow what it's?) aku tabrakan sama teman ku, gila sakit banget. Dasar Be Young Care Rock (ayo ada yang bisa ngartiin nggak?), pas aku mau nangkep bola eh dia bukannya lompat malah maju terus pantang mundur, ya sudahlah tulang dengan tulang pun beradu, maklum sama-sama kurus.Aduh... kaki ku sakit banget, mana tangan rasanya nyeri. Wah ini mah menciderai teman sendiri pikirku, tapi nggak ap-ap lah namaya juga just a game. Sakit sich tapi nggak boleh marah, kan nggak sengaja, iya nggak? Terpaksa deh aku berhenti sebelum habis waktu, nggak tahan je sakitnya. Sedih,,, bukan karena sakit atau nggak bisa main lagi. Pi nggak bisa denger suara cheleader (bener nggak tulisannya) yang nyebut nama ku waktu nyelametin gawang dari kebobolan (hehehe, gimana nggak semangat diliatin cewek soalnya mana ada yang cantik lagi. Makin tebar pesona lah)Permainan pun berakhir, meski kaki masih senut-senut kaya digigit semut 1000 ekor (Klo cuma seekor nggak berasa, coba bayangin adja kalo digigit 1000 ekor semut), aku tetap mencoba untuk bisa berjalan (alah ma jang, kaya parah kali kaki kau itu). Eh anak yang tabrakan sama aku tadi tiba-tiba ngalangin jalan ku, wah ngajakin berantem ap ni anak nggak tahu ap kalo kaki ku sakit gara-gara dia."Eh kamu tri y!" tanya dia ketus"Iya, ada apa boy?" Jawabku singkat"Tanya lagi, nggak tahu ap kaki ku sakit gara-gara tadi"Enak adja lu bilang nggak tahu, mank kaki ku nggak sakit juga, gumanku dalam hati. "Mank kaki ku nggak sakit! Trus mau kamu ap!" Jawabku emosi"Emmmmmm""Ngajakin berantem kamu?" Tanyaku dengan emosi memotong omongan dia."Wah, nyantai bos. Ni kaki udah sakit klo berantem bakalan tambah parah, ok gw minta maaf tapi ada syaratnya."Wah ni anak belagu banget, masa minta maaf pakai acara ngasih syarat? Nggak sekalian minta tanda tangan Rt, Rw, Lurah, Camat, Bupati, Menteri atau nggak Presiden sekalian. Gumanku dengan emosi. "Mank mau kamu ap?""Lu harus mau ikut gw""Kmn!!!""Gw mau traktir lu, sbg tanda minta maaf gw, mau nggak"Wah traktir, bagaikan hujan ditanah yang kering. Gila adja aku nolak, duit boke gini mau nolak, sorry banget ya. "Wah, klo itu mah nggak usah diragukan lagi gw setuju. Napa nggak bilang dari tadi" Jawabku dengan meringis."Sorry boy gw cuman becanda, cos kata Agus lu anaknya emosian makanya iseng gw pancing, hehhehe sory y boy""Iya nggak ap, nyantai adja fren. Jadi malu aku, udah nyolot eh malah ditraktir ujung-ujungnya. wah daser lho Gus, untung belum pakai acara brantem" Jawabku sambil jitak kepala agus, "Nyantai adja bos, ayo cabut keburu protes ntar cacing dalam perut""Ok bos" Secepat kilat aku ngambil tas dan bergegas keparkiran (wah seneng banget, walau kaki rada encok yang penting dapat traktiran hehhehe happy happy happy)Hari yang indah, udah main futsal gratis, Agus minjemin gw duit eh malah dapat traktiran dari Sonny teman baru gw walau harus merelakan kaki ku diitempelin sama balsem panas. Terima kasih ya Allah untuk hari ini, semoga besok lebih indah hehehe.

cerpen: penyesalan dan kenangan

penyesalan memang selalu datang belakangan.yah...sekarang memang cuma tinggal penyesalan dan kenangan yang tak bisa aku lupakan.kesalahanku adalah membiarkanmu pergi dan tak menghiraukan cinta yang kau bawa untukku, cinta yang dulu pernah kau tawarkan padaku, cinta yang pernah membuatku bahagia setiap saat bertemu denganmu, cinta yang juga aku pendam, dan kau tak pernah tau bahwa aku juga punya perasaan yang sama denganmu.kau pernah mengukir cerita manis dalam memori hatiku dan kini kau tlah bersama orang lain, aku sakit tapi tak mungkin untuk memintamu kembali karna aku yang memintamu pergi..walau sakit tapi ku tahu inilah yang terbaik, terbaik untuk kita.maaf bila dulu keputusanku membuatmu terluka, mungkin kamu tidak tau aku juga terluka membuat keputusan itu, kini aku memang menyesal tapi aku bahagia, karna dengan keputusan itu setidaknya ada salah satu diantara kita yang akhirnya bahagia, walau kini kau bersama orang lain, aku juga ikut bahagia melihatmu bahagia walau bukan denganku.tapi aku tak akan melupakanmu sampai aku mati.

cerpen : hati kedua

Hari ini Gadis terlhat sangat cantik,dengan baju warana biru yang sangat serasi dengan kulitnya.Duduk di bangku kuliah paling depan..Ketika jam pulang tiba,perlahan-lahan ruangan itu sepi akan penghuni,tinggal Gadis dan sang dosenlah di ruangan itu.Wildan,nama dosen yang mengajar mata kuliah PKN,Tepatnya masalah Norma.

"Sudah 2 hari tak bertemu,kemana aja??..tanya laki-laki itu pada Gadis.Diapun mendekati Gadis,tangannya membalai lembut rambut Gadis yang terurai panjang tanpa di ikat.


"Aku malas."jawab gadis iru singkat.

"Malas,memangnya tak rindu padaku"

"tidak,tidak semenitpun aku bisa berhenti merinduimu"

"malam ini aku tak bisa kerumahmu,Dina mengajakku makan malam"

"Pergilah"

"Kau tak mencegahku"


"Tidak..aku masih punya hati dan perasaan".Gadis itu melengos pada pria itu,di lepasnya tangan lelaki itu dari belaiannya..

"huhahahah.....kau punya hati dan perasaan"tawanya begitu kencang..

"Setidaknya masih ada walau sempat mati.."

"Gadisku,cintaku,belahan jiwaku,kita ini sudah tak punya hati..Kita gadaikan hati kita untuk kenikmatan hidup ini."

"Siapa yang membuat perasaan ini?'Gadis itu menyandarkan dirinya di bahu lelaki itu.

"Kita,kita berdua"Lelaki itu memeluk erat tubuh gadis itu..

"Besok KRIS akan mengajakku berlibur ke Inggris..Kita akan lama tak bertemu"

"Kau masih mau pergi dengan lelaki keparat itu.Kenapa kau mau?bukankah jika kau pergi ku akan kesepian tanpamu"

"setidaknya dia tak sekeparat dirimu,kau telah memabukkanku dengan cintamu,tapi kau tak selalu ada di sampingku.."

"Aku,aku selalu menantimu di sisa hariku,aku selalu berharap kita akan bisa selalu bersama di sepanjang waktu."

"Hahahaha.........ya memangnya lelaki itu mau dikemanakan,kalau aku selalu disampingmu."

"buang ke laut aja,atau di racun tikus....hahaha.."

"Siapa yang mau di salahkan,namanya juga cinta.Walau ku tau kau ada yang memiliki,dan kau tau aku ada yang memiliki.Kita tetap bisa membagi diri.Aku mencintaimu,kau pun mencintaiku."

Saat kehadiran cinta datang pada tempat yang salah,pada orang yang salah,maka cinta itu pun akan berjalan pada jalan yang salah..

"Hari sudah menjelang malam,aku harus pergi,tadi aku alasan musyawarah dengan organisasi"Kata lelaki itu..

"Iya,aku juga bilang sedang ada tugas penting yang harus aku seleseikan""..

"Salam untuk putrimu,setidaknya dia pasti pernah tau kalo aku ayahnya yang sah""

Sabtu, 01 Mei 2010

TUGAS BAHAS INDONESIA 2

1. Akhadiah, Sabarti. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.

2. Silehan. Dan Soedjito. 1999. Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


3. Sudjana, S. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah – Skripsi – Thesis – Disertasi. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

4. Ilwan, Hatim. “Bill Gates Tak Lagi Nomor Satu.” 2010. Gatra. Jakarta : Media Group.

5. Akhadiah, Sabarti. dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

6. Tahun Penerbitan : 1984
Judul Buku : Bimbingan Menulis Skripsi, Thesis
Penulis : Sutrisno Hadi
Kota Diterbitkan : Yogyakarta
Penerbit : Kikologi Gama

7. Tahun Penerbitan : 1991
Judul Buku : Prosiding Teknik Penulisan Buku Ilmiah
Penulis : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan – Direktorat Jendral Pendidikan tinggi.
Kota Diterbitkan : Jakarta
Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan



8. Tahun Penerbitan : 1983
Judul Buku : Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Jilid 2
Penulis : Sutan Takdir Alisjahbana
Kota Diterbitkan : Jakarta
Penerbit : Dian Rakyat

9. Tahun Penerbitan : 1995
Judul Buku : The Little Brown Compact Handbook
Penulis : Jane E Aaron
Kota Diterbitkan : New York
Penerbit : Harpen Collins College Publishers

10. Tahun Penerbitan : 1974
Judul Buku : The Psychology of Language – An Introduction to Psycolinguistic and Generative Grammar
Penulis : Jane E Aaron
Kota Diterbitkan : New York
Penerbit : Mc. Grow – Hill Book Company

11. Tahun Penerbitan : 2007
Judul Buku : Ayo Belajar Berbahasa Indonesia
Penulis : Muhamad Darisman. S.Pd dan kawan-kawan
Kota Diterbitkan : Bogor
Penerbit : Yudhistira

12. Tahun Penerbitan : 1989
Judul Buku : Writing The Research Paper : A Handbook Edisi ke-5
Penulis : Anthony C Winkler dan McQuen Jo Ray
Kota Diterbitkan : New York
Penerbit : Harcout Brace Jovanovich

13. Tahun Penerbitan : 1996
Judul Buku : Kiat Menulis Artikel Iptek Populer di Media Cetak
Penulis : Markus G Lyakto
Kota Diterbitkan : Jakarta
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama





14. Tahun Penerbitan : 1991
Judul Buku : Widya Wiyata Pertama Anak-anak Bintang Sahabat Kita
Penulis : dan Steve Mc Clure
Kota Diterbitkan : Jakarta
Penerbit : Tira Pustaka

15. Tahun Penerbitan : 1991
Judul Buku : Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa
Penulis : Tim FS Undip
Kota Diterbitkan : Semarang
Penerbit : Universitas Diponogoro