Selasa, 18 Mei 2010

aneh

BRAKK! Buku – buku berserakan diatas lantai kamar yang terlihat mewah. Seorang pria dengan langkah gontai menghampiri buku-buku itu . Air wajahnya tenang , sayu , tapi siapa yang tahu kalau ternyata ia sedang kesal . Berbagai macam jenis masalah silih berganti menghujam kehidupannya . Entah apa yang telah ia perbuat seminggu yang lalu , atau sebulan , atau bahkan beberapa tahun yang lalu sehingga hari ini ia harus mengalami nasib sial . Dipikirnya berkali – kali . Mungkinkah ia telah melakukan dosa yang amat keji sampai – sampai Tuhan menaruh kesialan padanya . Atau . . . . . . jangan – jangan buyutnya terdahulu pernah menyembah setan dan membuat perjanjian dengannya ? . Ah, tak mungkin . Tak mungkin , dan tak mungkin . Selalu begitu setiap Ia berfikir tentang kesalahannya di masa lampau . Yang lalu biar lalu dan takkan ada pada hari ini . Itulah simbolis kata yang menjadikan ia pribadi yang tenang biarpun masalah sebesar meteor menghantam telak sendi – sendi tubuhnya . Ia pun beranjak dengan satu masalah baru , buku PR temannya yang ia pinjam hancur berantakkan tak berbaju . Masih . Tetap saja ia beralasan kalau buku itu digigit hantu berkepala reog dengan caling runcing di setiap senti giginya . Wajahnya yang sayu , tak pernah memasang mimik kebohongan . “Pasti kau bohong ! “ . Ujar temannya tak percaya . Kali ini serius . Tapi ia kukuh pada jawaban pertama : hantu karangannya itu . Sejurus kemudian , temannya tak ambil pusing . Perlahan ia meletakkan dua buah jarinya diantara dua pasang bibir tebalnya , lalu meniupnya . Suara itu seakan auman Tarzan yang memanggil seisi makhluk hutan . Banyak , banyak , dan semakin banyak membentuk satu lingkaran . Menutup celah oksigen bagi pria tenang itu . Tapi , apa daya . Toh wajahnya memang sayu . Jadi terang saja ia tenang menghadapi beribu orang sekalipun . “Pertanyaan terakhir “. Ucap temannya dengan tatapan ganas . “Siapa yang rusak buku ini ? kamu atau setan ?!!!”. Ia masih diam . Dengan satu tatapan . Tatapannya memang tak seganas milik temannya , tapi tenang dan mencekam . Si pria aneh itu spontan berdiri malas merapikan celananya seperti tak terjadi sesuatu . Tangannya meraba kepala ikat pinggang yang berbentuk tengkorak itu . Mengambil sesuatu yang amat silau bila terpantul cahaya mentari . Tapi juga amat celaka bila matanya telah terhunus . Tanpa ancang – ancang , dan tak butuh satu kata . Ia menusuk mata ganas temannya dengan mata pisaunya. Serempak , orang – orang yang berada disekelilingnya terbelalak . Dosa terbesar kini telah ia lakukan , sama seperti leluhurnya dulu . Dan dosanya akan membawa petaka pada salah satu keturunanya , yaitu petaka sial . Lalu . . . . lalu aku merapikan seragam putihku , dan berdiri menggondol selembar kertas jawaban . Kemudian beranjak dari tempat memuakkan yang mereka sebut ruang ujian ini . Pengap , suntuk , bosan , penat , dan berbagai rangkaian kata dapat kutuliskan di selembar kertas ini . Tapi aku malas , karna yang kupikirkan kali ini bukan soal kata – kata atau soal nilai ujian . Melainkan untuk pertandingan bola nanti .Tentunya bersama tim ini , Der Panser .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar